Selamat datang di WEBSITE kami infobudaya.id - Sharing Kesenian - Berbagi Info Tentang Kebudayaan
INFO UPDATE : -- SEGENAP KELUARGA BESAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MADIUN MENGUCAPKAN "SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA KE 94 DENGAN TAGLINE : "BERSATU BANGUN BANGSA" TAHUN 2022" --.

Madiun, 10 Juli 2023

Tim Ahli Cagar Budaya ( TACB) Kota Surabaya melakukan pendataan di makam Kuncen Caruban untuk direkomendasikan sebagai situs Cagar Budaya.

Kompleks Makam Kuncen terletak di Dusun Kuncen, Desa Kuncen, Kecamatan Mejayan,
Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Kompleks Makam Kuncen berbatasan
dengan jalan desa dan rumah penduduk di sebelah utara, selatan, dan timur, serta mesjid dan
kantor desa di sebelah barat. Secara astronomi terletak pada titik koordinat
7.567023,111.670317. Sebagaimana makam islam, orientasi makam adalah utara-selatan,
sehingga gapura pintu masuk kompleks makam terdapat di sisi selatan.
Kompleks Makam Kuncen berada di lahan seluas ± 11.000 m2
, dengan status kepemilikan
dan pengelolaan oleh Pemerintah Desa Kuncen. Kompleks Makam Kuncen saat ini menjadi area
pemakaman umum warga Desa Kuncen dan warga Desa Sidodadi. Meskipun demikian, di dalam
kompleks Makam Kuncen ini terdapat beberapa objek yang diduga cagar budaya, antara lain
makam tokoh-tokoh penting yaitu Makam KRT. Wignjo Subroto, Makam R.TMG. Djajeng Rono 2,
Makam K.P. Mangkudipuro, dan Makam R. TMG. Noto Sari. Selain itu pada kompleks Makam
Kuncen terdapat pula sebuah gapura, sebuah prasasti, pagar, dan sepasang nisan yang juga
diperkirakan merupakan objek diduga cagar budaya.
Kompleks makam dikelilingi pagar pembatas berbahan bata pres yang dikombinasi dengan
bata merah dan bata lepa di sisi selatan, timur, dan barat makam kecuali pada sisi utara. Pagar
sisi utara berbahan bata merah yang diperkirakan merupakan pagar asli dari masa lalu. Bagian
sisi selatan, pagar pembatas dihias ornamen segi 4 dengan bagian atas sedikit menonjol
membentuk lancipan dan dibingkai pelipit persegi. Kompleks Makam Kuncen Caruban ini
memiliki 3 gapura pintu masuk. Gapura pertama tepat berada di tengah-tengah kompleks
makam, sedangkan gapura 2 berada di sisi barat kompleks makam, dan gapura 3 berada di sisi
timur kompleks makam.
Memasuki pintu gapura 1, pada bagian depan terdapat paseban berbahan bata lepa
berwarna putih, beratap genting tipe pelana, memiliki 8 pilar bangunan dari kayu dan berlantai
keramik warna krem. Dibelakang paseban ini terdapat cungkup bangunan makam Mbah Joyo
Kusumo/Dirjo atau R. Ng. Prawisosari (aran Gedhong Gedhe). Di sisi timur bangunan makam

terdapat 2 bangunan terbuka berbahan bata lepa berwarna putih yang merupakan cungkup
bangunan makam M Ng. Soemowinoto (Patih Ngawi) dan cungkup bangunan makam R. Prawiro
Dipoero (Palang Medjayan). Menuju bagian belakang, kita akan melewati gapura paduraksa
(gapura tengah) berbahan bata lepa warna putih dan beratap genting warna hijau bertipe pelana.
Akses menuju gapura tengah melalui jalan setapak selebar 170 cm, yang dilapisi lantai tegel
bermotif bulatan-bulatan yang tersusun dari batuan berbentuk lonjong dengan ukuran 50 x 50
cm. Tepat di depan gapura tengah terdapat cungkup bangunan makam R. Prawiro Dipoero dan
K.P. Mangkudipuro. Pada sisi timur cungkup bangunan makam K.P. Mangkudipuro terdapat 3
cungkup bangunan makam, yaitu cungkup bangunan makam R. Soedjono Prawiro Soedarso,
cungkup bangunan makam Kanjeng Bupati R. TMG.Noto Sari, dan cungkup bangunan makam Kyai
Hardjo Moehammad (Lurah Perdikan Kuntjen).
Pintu gapura 2 terletak di sisi barat Kompleks Makam Kuno Kuncen Caruban. Untuk dapat
memasuki area makam KRT. Wignjo Subroto dan R.TMG.Djajeng Rono 2 dapat melalui pintu
gapura 2. Posisi pintu gapura 2 sejajar dengan bangunan cungkup makam R.TMG. Djajeng Rono
2 dengan posisi struktur tanah lebih tinggi dan berundak-undak dari area makam di depannya.
Pintu gapura 3 terletak di sisi timur pada Kompleks Makam Kuncen Caruban. Pintu gapura
3 merupakan akses menuju cungkup bangunan makam Ki Ageng Anom Besari. Akses ini melalui
jalan setapak selebar 1,5 m dan panjang ± 50 meter. Bagian atas beratap genting tipe pelana
dengan 12 pilar kayu dan lantai keramik bermotif bulatan-bulatan. Makam Ki Ageng Anom Besari
berada di dalam cungkup bangunan tertutup berbahan bata lepa berwarna putih dengan luas
bangunan 25 m².
Sementara itu, vegetasi tanaman yang terdapat di sekitar Kompleks Makam Kuncen Caruban
adalah jambu mete (Anacardium Occidentale), jati (Tectona Grandis), kamboja (Plumeria), pucuk
merah (Syzygium myrtifolium), sawo manila (Manilkara Zapota), rambutan (Nephelium
Lappaceum), dan tanaman puring (Codiaeum variegatum). Sedangkan binatang berupa burung
perkutut (Geopelia Striata).
Secara umum potensi gangguan atau ancaman yang terdapat di sekitar Kompleks Makam
Kuncen Caruban adalah adanya pohon tumbang karena faktor alam berupa angin kencang atau
batang pohon yang lapuk. Seperti diketahui di dalam kompleks makam terdapat banyak sekali
tanaman berukuran besar seperti jambu mete dan kamboja.
Latar Sejarah
Keberadaan kompleks Makam Kuncen Caruban, tentu tidak lepas dari sejarah panjang
keberadaan wilayah Caruban. Caruban merupakan wilayah pedesaan yang cukup tua,

sekaligus menjadi ibukota pemerintahan Kabupaten. Berdasarkan perjanjian Giyanti 1755 wilayah
Caruban, Madiun, dan Ponorogo juga merupakan bagian dari wilayah Kasultanan Yogyakarta.
Kesejarahan toponimi Caruban, memiliki relasi dengan keberadaan Makam Kuncen Caruban.
Istilah Caruban bermakna ‘campuran’ sebab di wilayah tersebut semua golongan masyarakat
mulai dari petani, bangsawan, dan kumpulan pejabat melakukan adu kehebatan dan sabung
ayam. Percampuran ini lah maka wilayah tersebut dikenal dengan istilah ‘Caruban’. Theodoor
Altona (1884-1940) berpendapat bahwa wilayah Caruban sejak masa Hindu di Jawa, disebut
sebagai ‘tempat tinggal orang campuran berdasarkan asalnya, orang campuran sebagai tawanan
perang, dan orang yang terbuang dari hasil perkawinan campur antar kasta’.
Pada perang Trunojoyo, Caruban pertama kali dilalui pasukan tempur komponi di bawah
pimpinan Jenderal Hard dilengkapi 214 tentara Belanda dan 1.000 prajurit Mataram. Pada
tanggal 5 Oktober 1678, mereka menyebrangi sungai Madiun di Desa Kajang kemudian melewati
Caruban menuju ke lereng Gunung Kelud, Kediri.
Masa pemberontakan Untung Suropati terhadap komponi Belanda tahun 1684, berlanjut
dengan perebutan tahta Kasunanan Kartosuro antara Sunan Mas dan paman Pangeran Puger.
Rakyat Caruban kemudian ikut andil dalam memerangi kompeni Belanda dibawah pimpinan
Demang Tampingan hingga bergabung dengan Pangeran Mangkunegoro IV, selaku Bupati
Madiun.
Desa Krajan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten di Caruban serta terdapat
kemungkinan Bupati pertama di Caruban bernama Raden Cokrokusumo I atau Tumenggung AlapAlap. Beliau semula pegawai tinggi dari Kasultanan Demak, putra sulung Raden Pecattondo II,
Raden Pecattondo I sebagai Adipati Terung (wilayah Majapahit terakhir). Bupati kedua yaitu
Raden Cokrokusumo II atau disebut Tumenggung Emprit Gantil, kemudian Bupati selanjutnya
bernama Raden Tumenggung Notosari. Masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Notosari
memungkinkan salah satu desa di Caruban yang bernama ‘Kuncen’ di selatan Desa Sidodadi
dijadikan sebagai ‘Desa Perdikan’, yaitu tempat makam keluarga Bupati Raden Tumenggung
Notosari dan para pengikutnya. Penghargaan perdikan desa menunjukkan tahun wawu 1627 Saka
atau 1705 Masehi oleh Susuhunan Paku Buwono I.

Click to rate this post!
[Total: 0 Average: 0]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai Chat
1
Ada yang bisa Kami Bantu ?